• 082157072779
  • Jl. Sragen Desa Sawang Kec. Tapin Selatan Kab. Tapin
  • 082157072779
  • Jl. Sragen Desa Sawang Kec. Tapin Selatan Kab. Tapin
Kurikulum dan Pembelajaran Tefa

Tantangan era globalisasi tidak luput dari perhatian pemerintah, termasuk dalam dunia pendidikan. SMK merupakan salah satu proyek pemerintah untuk menjawab tantangan globalisasi, sejumlah kebijakan dikeluarkan untuk menjawab tantangan global. Menurut Tanuatmadja (2008) untuk mengurangi angka pengangguran sekaligus menjawab tantangan kebutuhan kerja level operator atau teknisi, pemerintah melakukan terobosan dengan mendirikan SMK dengan inovasi yang diperoleh dari pengalaman negara-negara lain yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan.

  • Work Based Learning
  • Menurut Gray dan Albrecht (1999), work based learning adalah suatu program dimana siswa dapat belajar di dunia usaha dan industri secara bersamaan dengan dunia pendidikan (sekolah), program work based learning dimaksudkan untuk membawa siswa belajar langsung di real business untuk menerapkan materi pembelajaran yang telah dipelajari di kelas.

  • Link and Match
  • Konsep keterkaitan dan kesepadanan (Link and Match) antara dunia pendidikan dan dunia kerja yang dicetuskan Wardiman. Konsep tersebut dapat menekan jumlah pengangguran lulusan perguruan tinggi yang dari ke hari makin bertambah. Selanjutnya Soemarso, Ketua Dewan Pembina Politeknik dan juga dosen UI mengatakan bahwa konsep Link and Match antara lembaga pendidikan dan dunia kerja dianggap ideal. Jadi, ada keterkaitan antara pemasok tenaga kerja dengan penggunanya. Menurut Soemarso, dengan adanya hubungan timbal balik membuat perguruan tinggi dapat menyusun kurikulum sesuai dengan kebutuhan kerja.

  • Pendidikan sistem Ganda
  • Menurut Djojonegoro yang dikutip (Muliati, 2007: 9), pendidikan sistem ganda merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu.

  • Competency Based Training (CBT)
  • Pembelajaran berbasis kompetensi (competency based training) berkembang di Indonesia sejak dimulainya kebijakan keterkaitan dan kesepadanan (link and match) yang dimanifestasikan dalam program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada tahun 1993/1994. Konsep pelatihan berbasis kompetensi pada hakekatnya berfokus pada apa yang dapat dilakukan oleh seseorang (kompeten) sebagai hasil atau output dari pembelajaran.

  • Production Based Training (PBT)
  • Pembelajaran berbasis produksi / Production Based Training merupakan salah satu strategi pembelajaran yang sudah di isyaratkan dalam kurikulum sekolah Menengah Kejuruan dalam Landasan Program dan Pengembangan. PBT terdiri dari prinsip strategi dan pendekatan serta metoda untuk melaksanakan proses pembelajaran program produktif.

Pelaksanaan Pembelajaran Teaching Factory

Pembelajaran Teachig Factory merupakan pengembangan dari unit produksi dan pendidikan sistem ganda yang sudah dilaksanakan di SMK. Teaching Factory merupakan salah satu bentuk pengembangan dari sekolah kejuruan menjadi model sekolah produksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Triatmoko (2009 : 35) bahwa SMK masih kesulitan untuk menerapkan pendidikan berbasis produksi (production based education and training). Oleh karena itu dimunculkan istilah Teaching Factory yang mengharuskan SMK yang melaksanakannya untuk memiliki sebuah unit usaha atau unit produksi sebagai tempat untuk pembelajaran siswa. Dalam unit usaha adau produksi tersebut, siswa secara langsung melakukan praktik dengan memproduksi barang atau jasa yang mampu dijual ke konsumen.

Pelaksanaan Teaching Factory untuk pembelajaran dengan mendirikan unit usaha atau produksi di sekolah berkebalikan dengan proses pembelajaran yang terjadi di Jerman. Menurut Moerwismadhi (2009), kegiatan praktik siswa sekolah kejuruan di Jerman dilakukan di dalam sebuah pabrik atau perusahaan, sedangkan pemerintah mengajarkan materi-materi teoritik di sekolah selama satu sampai dua hari per minggu. Dengan demikian, Teaching Factory adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa secara langsung melakukan kegiatan produksi baik berupa barang atau jasa di dalam lingkungan pedidikan sekolah. Barang atau jasa yang dihasilkan memiliki kualitas sehingga layak jual dan diterima oleh masyarakat atau konsumen.

Teaching factory adalah perpaduan pendekatan pembelajaran yang sudah ada yaitu CBT (Competency Based Training) dan PBT (Production Based Training). CBT adalah pelatihan yang didasarkan atas hal-hal yang diharapkan oleh siswa ditempat kerja. CBT ini memberikan tekanan pada apa yang dapat dilakukan oleh seseorang sebagai hasil pelatihan (output) bukan kuantitas dari jumlah pelatihan. PBT (Production Based Training) adalah suatu proses pembelajaran keahlian atau ketrampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen.

Teaching factory adalah suatu konsep pembelajaran dalam ruangan kelas dan bengkel praktek dengan menerapkan pelatihan dalam suasana sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan pengetahuan dari sekolah

Berikut Hasil Kajian dalm rangka penyusunan Kurikulum Teaching Factory SMK Negeri 1 Tapin Selatan

  1. Analisis Produk dan Kurikulum Teaching Factory SMK Negeri 1 Tapin Selatan
  2. Blok Pembelajaran Teaching Factory SMK Negeri 1 Tapin Selatan
  3. Implementasi Pembelajaran Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0) SMK Negeri 1 Tapin Selatan
  4. Program Guru Magang (On Job Training) SMK Negeri 1 Tapin Selatan
  5. Modul Pembelajaran SMK Negeri 1 Tapin Selatan
  6. Modul PKK SMK Negeri 1 Tapin Selatan